Beranda | Artikel
Kebingungan Untuk Mengetahui Kebenaran Diantara Kelompok Dan Golongan
Selasa, 5 Juni 2012

KEBINGUNGAN UNTUK MENGETAHUI KEBENARAN DIANTARA KELOMPOK DAN GOLONGAN

Pertanyaan
Saya tahu anda telah menjelaskan cara mengetahui hakekat jamaah yang mengikuti hadits dan Sunnah, tidak akan sesat orang yang mengikutinya. Saya bersama Kelompok Ahlul Hadits -(Orang-orang Saudi Salafi)- sampai banyak informasi yang datang kepadaku dari sebagian orang, yang menuduh orang-orang salafi. Tentunya mereka menguatkan perkataannya disertai dengan hadits yang saya tidak dapat membantahnya. Saya menukil tuduhan-tuduhan untuk orang salafi dan menyebutkan kepadaku hadits yang meyakinkan dan saya tidak dapat membantahnya juga. Dan saya tidak mampu meninggalkan salafi karena mereka adalah satu-satunya Jamaah yang ada di kotaku yang kecil. Disamping dengan penyembah kuburan. Kalau saya mengikuti mereka, apakah hal itu menjadikan saya termasuk orang yang taklid buta dengan orang-orang salafi? Sebagaimana yang dikatakan penentang salafi, bahwa kita harus mengikuti satu imam. Secara singkat apa solusi yang paling bagus? Kenapa kebanyakan jamaah dan mazhab menyebutkan banyak hadits dan mengatakan bahwa sanadnya shahih kemudian membenturkan dengan hadits yang lainnya? Bagaimana kalau hadits itu shahih? Apa yang harus saya lakukan?

Jawaban
Alhamdulillah.

Telah banyak kami jelaskan dalam jawaban kami, timbangan yang seorang muslim dapat menghukumi terhadap jamaah dan kelompok serta partai yang bertentangan dengan agama. Diantara yang telah kami jelaskan banyak sekali di sini adalah:

Bahwa perbedaan yang anda lihat diantara umat Islam sekarang, Allah tidak menjadikan orang kebingungan. Tidak mengetahui kebenaran dari kebatilan. Bahkan Allah Ta’ala menjadikan tanda-tanda kebenaran dan orang yang jujur. Serta membuat dalil yang jelas manhajnya, tidak ada yang terjerumus kecuali orang yang celaka.

Ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memberitahukan tentang perpecahan umat menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk ke neraka kecuali satu. Yaitu ‘Orang yang seperti apa yang ada pada Nabi dan para shahabat’ ini adalah timbangannya. Maka harus sesuai dengan para shahabat radhiallahu anhum. Maka tidak cukup seseorang datang membawa hadits dan mengatakan bahwa ini hadits shoheh kemudian menjadikan sebagai dalil untuk membenarkan mazhabnya atau pendapatnya. Sesuai dengan apa yang difahaminya dia dari hadits itu. Yang seyogyanya adalah mencari pemahaman para shahabat radhiallahu anhum hadits ini apakah seperti pemahaman dia atau tidak?

Ini adalah barometer yang membedakan hakekat pemilik kebenaran dengan yang lainnya. Yaitu merujuk dalam memahami agama ke ulama salafus soleh. Dari kalangan para shahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik. Karena mereka adalah umat terbaik, terbagus dan yang paling mengetahui sebagaimana yang diberitahukan hal itu oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.

Yang melihat kelompok-kelompok jauh dari kebenaran, dia melihat bahwa mereka membuat rancu orang dengan memakai dalil dari ayat atau hadits bukan pada tempatnya sampai orang menyangka bahwa mereka mengikuti Kitab dan Sunnah. Akan tetapi mereka tidak mampu menetapkan bahwa ini adalah apa yang difahami oleh para shahabat radhialahuanhum terhadap nash-nash ini.

Yang menyelewengkan sifat Rab Tabaraka wa Ta’ala, yang menyembah kuburan dan towaf disekitarnya, yang berjoget dalam zikir, yang meniadakan Qodar, yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk dan akidah serta manhaj yang menyeleweng, tidak ada seorangpun yang mengaku bahwa dia sesuai dengan keyakinan para shahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Meskipun dia menyangka bersamanya ayat (Quran atau hadits). Akan tetapi dia tidak dapat menetapkan bahwa pemahamannya adalah (sesuai) dengan pamahaman orang yang menyaksikan (wahyu) yang diturunkan. Dan mendengar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dari para shahabat yang mulia radhiallahu anhum. Ini adalah barometer yang sangat teliti dan agung, seseorang dapat mengetahui di sela-selanya kebenaran dan kerusakan apa yang didengarkan dan dibacanya dari akidah dan manhaj yang pemiliknya menyangka dalam hidayah dan kebenaran.

Anda mengikuti dari para ulama salafi dari apa yang dikatakan kepada anda, dan menyebutkan kepada anda tentang tauhid, fikih dan hadits, sesungguhnya termasuk mengikuti Islam yang benar yang Allah redhoi terhadap seluruh manusia. Terkadang syetan masuk dan memberikan was was kepada anda, bahwa ini adalah taklid (fanatic) yang tidak diperbolehkan. Tidak diragukan bahwa ini adalah permulaan jalan kesesatan dari kebenaran. Orang awam dari kalangan umat Islam, Allah wajibkan kepadanya agar bertanya kepada ahli ilmu dan mengambil perkataannya serta fatwanya. Anda ketahui bahwa mereka adalah yang paling dekat dengan kebenaran yaitu orang yang mengikuti jalan para shahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam memahami nash Kitab dan Sunnah, mereka adalah pengikut ulama salafus soleh.

Seorang muslim yang mampu dalam ilmu agama, dapat menyungkap sendiri kebenaran atau kerusakan dari apa yang didengar dan dibacanya disela-sela belajarnya dan membandingkan antaranya dan antara apa yang ditetapkan para ulama salaf, tidak mengapa kebenaran dalam sebagian permasalah dengan ada yang tidak sesuai. Akan tetapi tidak mungkin manhaj dan jalan yang benar itu bukan jalan ulama salaf umat ini dari para shahabat, tabiin dan orang yang mengikuti dengan baik.

Semua apa yang dinukilkan dari para ulama salafi, sesungguhnya adalah perkataan para shahabat, Said bin Musayyib, Zuhri, Mujahid, ‘Atho’, Malik, Hammad bin Zaid, Hammad bin Salamah, Syafi’I, Ahmad, Bukhori, Muslim, Abu Dawud dan selain dari mereka tanda petunjuk dan kebenaran.

Anda akan dapatkan ahli bid’ah akan menyebutkan kebaikan tanpa menyebutkan kejelekannya. Anda akan dapati pertentangan Sunnah dengan kitab mereka. Menolak Sunnah karena bertentangan dengan kitabnya. Menyelewengkan apa yang ada dalam kitabullah dengan jelas. Melemahkan Sunnah yang jelas dan terang karena berbeda dengan pendapat dan hawa nafsunya. Dan begitulah, oleh karena itu mereka disebut ‘Ahli Hawa Nafsu’.

Sementara ahlus Sunnah menyebutkan kebaikan dan kejelekan. Melihat Sunnah dengan sepenuhnya, mengedepankan Sunnah –kalau itu shoheh- dibandingkan dengan lainnya. Ia tidak mempunyai hawa nafsu yang diikutinya sampai menolak hadits karenanya atau menyelewengkan ayat. Pada hakekatnya tidak ada diantara nash wahyu bertentangan. Pertentangannya hanya sekedar dohirnya saja. Setiap ilmu ada pakarnya. Hadits ada pakarnya yang menjelaskan yang benar dari yang salah. Menerangkan maksudnya, menghilangkan permasalahan dan memadukan yang dohirnya seakan bertentangan.

Ringkasannya:
Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, orang yang paling mengetahui petunjuk ini adalah ahli hadits dan para ahli fikh. Mereka adalah ulama salafus soleh, siapa yang mengikuti mereka akan selamat, siapa yang menyelisihi akan binasa. Maka anda hendaknya konsisten dengan jalan ini dan meminta kepada Allah Ta’ala petunjuk, taufik dan ketetapan.

Sementara ucapan penanya tentang ahlu hadits mereka adalah (Saudi salafi) penyempitan yang kurang benar. Ahli hadits tidak dikhususkan negara tertentu atau orang tertentu, bahkan ahli hadits adalah setiap orang yang mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan pemahaman yang benar sesuai dengan pemahaman para shahabat radhiallahu anhum dan orang yang mengikutinya dengan baik. Wallahul Hadi.

Disalin dari islamqa


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3273-kebingungan-untuk-mengetahui-kebenaran-diantara-kelompok-dan-golongan.html